makalah Patologi
“Gangguan Malabsorpsi”
Oleh : Kelompok IV
Raudatul Hafizah Rahayu
Wulandari
Rosma Ariani Sang Putu Yoga Pratama
Sulasti Mansari Uswatun Khasanah
Vicky Septiana Verawati Wazni
Widha Aprilandini Widiawati
Wina Andini Yuanita Rahayu
Zuhra Khalisa
Rosma Ariani Sang Putu Yoga Pratama
Sulasti Mansari Uswatun Khasanah
Vicky Septiana Verawati Wazni
Widha Aprilandini Widiawati
Wina Andini Yuanita Rahayu
Zuhra Khalisa
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES MATARAM
JURUSAN GIZI
2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan penyusun
panjatkan karena atas rahmat dan hidayahNyalah penyusun dapat menyelesaikan
makalah Patologi dengan pembahasan “MALABSORPSI” dengan tepat waktu. Selain itu
penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen, yang telah memberikan
kesempatan kepada penyusun dalam menyusun makalah ini.
Mungkin pada makalah yang penyusun
buat masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penyusun mohon maaf dan tentu
saja saran dan masukan dari pembaca sangat penyusun perlukan, guna membarikan
penyusun motivasi sehingga kedepannya, agar penyusun dapat membuat makalah yang
lebih baik dari yang sekarang. Penyusun menyucapkan terima kasih kepada Dosen
serta kepada teman-teman yang memberikan masukan dan saran yang sangat membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun,
Mataram, Oktober 2011
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A.
Latar Belakang............................................................................................... 1
B.
Tujuan............................................................................................................ 1
C.
Metode Penulisan........................................................................................... 2
D.
Sistematika Penulisan..................................................................................... 2
BAB
II TINJAUAN TEORITIS................................................................................. 3
A.
Konsep Medis................................................................................................ 3
B.
Klasifikasi...................................................................................................... 10
C.
Etiologi........................................................................................................... 11
D.
Patofisiologi.................................................................................................... 12
E.
Manifestasi Klinis............................................................................................ 13
F.
Komplikasi..................................................................................................... 13
G.
Pemeriksaan Diagnostik.................................................................................. 14
H.
Penatalaksanaan Medis.................................................................................. 14
BAB
III PENUTUP.................................................................................................... 15
A.
Kesimpulan..................................................................................................... 15
B.
Saran.............................................................................................................. 15
Daftar
Pustaka............................................................................................................ 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sindrom
malabsorbsi hingga kini masih merupakan salah satu penyakit pada anak dan bayi
di Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150-430 perseribu
penduduk setahunnya dan dengan angka kematian yang masih tinggi terutama pada
anak umur 1-4 tahun, sehingga memerlukan penatalaksanaan yang tepat dan
memadai.
Penderita
sindrom malabsorbsi merupakan tantangan karena susahnya menilai gejala, sangat
bervariasinya tanda-tanda, luasnya diagnosis banding, dan beragamnya uji
diagnostik yang tersedia. Evaluasinya memerlukan pengenalan tanda
khas,penentuan diagnosis banding secara individual, pemakaian uji laboratorium
yang tepat, dan pada beberapa kasus perlu manajemen empiris untuk mencapai
diagnosis yang benar.
Dalam
keadaan normal, makanan dicerna dan zat-zat gizinya diserap ke dalam aliran
darah, terutama dari usus kecil. Malabsorbsi dapat tejadi baik karena kelainan
yang berhubungan langsung dengan pencernaan makanan maupun karena kelainan yang
secara langsung mempengaruhi poses penyerapan makanan.
Malabsorbsi
dapat menyebabkan kekurangan semua zat gizi maupun kekurangan protein, lemak,
vitamin atau mineral tertentu. Gejalanya bervariasi tergantung dari kekurangan
zat apa yang dialami penderita.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk
mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
sindrom malabsorbsi.
2. Tujuan Khusus
- Mampu melakukan pengkajian terhadap klien
dengan sindrom malabsorbsi
- Mampu menegakkan diagnosa pada klien dengan
sindrom malabsorbsi sesuai dengan prioritas masalah
- Mampu menyusun rencana tindakan asuhan gizi
dengan klien sindrom malabsorbsi
- Mampu menerapkan tindakan gizi pada klien
dengan sinrom malabsorbsi.
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan
makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan penjabaran
masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur yang
ada, baik di perpustakaan maupun di internet.
D.
Sistematika Penulisan
Makalah ini
terdiri dari tiga bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
- Bab I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan
penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan
- Bab II : Konsep medis
(pengertian, klasifikasi, anatomi fisiologi, etiologi,
patofisiologi, menifestasi klinis,komplikasi,
penatalaksanaan medis )
- Bab III : Penutup terdiri dari kesimpulan dan
saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Sindroma
Malabsorbsi adalah kelainan-kelainan yang terjadi akibat penyerapan zat gizi
yang tidak adekuat dari usus kecil ke dalam aliran darah.
Sindroma
Malabsorbsi adalah kumpulan gejala dan tanda-tanda yang diakibatkan oleh
absorbsi lemak non adekuat didalam usus halus. (Barbara C. Long, 1985).
2. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan (mulai
dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai berikut :
a. menerima makanan
b. memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang
disebut pencernaan)
c. menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
d. membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari
tubuh.
e. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan,
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.
Sistem pencernaan juga
meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas,
hati dan kandung empedu.
Sistem pencernaan :
a. Mulut
Mulut merupakan jalan
masuk untuk sistem pencernaan dan sistem pernafasan. Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir.Saluran dari kelenjar liur di pipi, dibawah lidah
dan dibawah rahang mengalirkan isinya ke dalam mulut.Di
dasar mulut terdapat lidah, yang berfungsi untuk merasakan dan mencampur
makanan.
b. Tenggorokan
Di belakang dan dibawah mulut terdapat
tenggorokan (faring). Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan
lidah. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung. Pengecapan relatif
sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman lebih rumit, terdiri
dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong- potong oleh gigi depan
(incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi
bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan
dan mulai mencernanya.
Pada saat makan, aliran dari ludah
membersihkan bakteri yang bisa menyebabkan pembusukan gigi dan kelainan
lainnya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai
secara sadar dan berlanjut secara otomatis. Epiglotis akan tertutup agar
makanan tidak masuk ke dalam pipa udara (trakea) dan ke paru-paru, sedangkan
bagian atap mulut sebelah belakang (palatum mole, langit-langit lunak)
terangkat agar makanan tidak masuk ke dalam hidung.
c. Kerongkongan
Kerongkongan (esofagus) merupakan saluran
berotot yang berdinding tipis dan dilapisi oleh selaput lendir.Kerongkongan
menghubungkan tenggorokan dengan lambung. Makanan didorong melalui kerongkongan
bukan oleh gaya tarik bumi, tetapi oleh gelombang kontraksi dan relaksasi otot
ritmik yang disebut dengan peristaltik.
d. Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang
besar dan berbentuk seperti kandang keledai, terdiri dari 3 bagian yaitu
kardia, fundus dan antrum. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan
melalui otot berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan,
yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting:
- Lendir
Lendir
melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan enzim.Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini (apakah karena infeksi oleh bakteri
Helicobacter pylori atau karena aspirin), bisa menyebabkan kerusakan yang
mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
- asam klorida
Asam
klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Pelepasan
asam dirangsang oleh:
·
saraf yang menuju ke lambung
·
gastrin (hormon yang dilepaskan oleh lambung)
·
histamin (zat yang dilepaskan oleh lambung).
- prekursor pepsin (enzim yang memecahkan
protein).
Pepsin
bertanggung jawab atas pemecahan sekitar 10% protein. Pepsin merupakan
satu-satunya enzim yang mencerna kolagen, yang merupakan suatu protein dan
kandungan utama dari daging. Hanya beberapa zat yang bisa diserap langsung dari
lambung (misalnya alkohol dan aspirin) dan itupun hanya dalam jumlah yang
sangat kecil.
e. Usus halus
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua
belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.Makanan
masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna
oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung
untuk berhenti mengalirkan makanan. Duodenum menerima enzim pankreatik dari
pankreas dan empedu dari hati.
Cairan tersebut (yang masuk ke dalam duodenum
melalui lubang yang disebut sfingter Oddi) merupakan bagian yang penting dari
proses pencernaan dan penyerapan. Gerakan peristaltik juga membantu pencernaan
dan penyerapan dengan cara mengaduk dan mencampurnya dengan zat yang dihasilkan
oleh usus. Beberapa senti pertama dari lapisan duodenum adalah licin, tetapi
sisanya memiliki lipatan-lipatan, tonjolan-tonjolan kecil (vili) dan tonjolan
yang lebih kecil (mikrovili). Vili dan mikrovili menyebabkan bertambahnya
permukaan dari lapisan duodenum, sehingga menambah jumlah zat gizi yang
diserap.
Sisa dari usus halus, yang terletak dibawah
duodenum, terdiri dari jejunum dan ileum.Bagian ini terutama bertanggungjawab
atas penyerapan lemak dan zat gizi lainnya. Penyerapan ini diperbesar oleh
permukaannya yang luas karena terdiri dari lipatan-lipatan, vili dan mikrovili.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding
usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan
sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Kepadatan dari isi
usus berubah secara bertahap, seiring dengan perjalanannya melalui usus halus.
Di dalam duodenum, air dengan cepat dipompa ke dalam isi usus untuk melarutkan
keasaman lambung. Ketika melewati usus halus bagian bawah, isi usus menjadi
lebih cair karena mengandung air, lendir dan enzim-enzim pankreatik.
f. Pankreas
Pankreas merupakan suatu
organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar :
1.
Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
2.
Pulau pankreas, menghasilkan hormon.
Pankreas
melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam
darah. Enzim-enzim pencernaan dihasilkan oleh sel-sel asini dan mengalir
melalui berbagai saluran ke dalam duktus pankreatikus. Duktus pankreatikus akan
bergabung dengan saluran empedu pada sfingter Oddi, dimana keduanya akan masuk
ke dalam duodenum. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein,
karbohidrat dan lemak.Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang
dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya
akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan
sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan
cara menetralkan asam lambung. Hormon yang dihasilkan oleh pankreas adalah:
1. Insulin, yang berfungsi menurunkan kadar
gula dalam darah
2. Glukagon, yang berfungsi menaikkan kadar
gula dalam darah
3. Somatostatin, yang berfungsi menghalangi
pelepasan kedua hormon lainnya (insulin dan glukagon).
g. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang besar dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh
darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena
yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam
hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di
dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Darah diolah dalam 2 cara:
1. Bakteri dan partikel asing lainnya yang
diserap dari usus dibuang
2. Berbagai zat gizi yang diserap dari usus
selanjutnya dipecah sehingga dapat digunakan oleh tubuh.
Hati melakukan proses tersebut dengan
kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan
ke dalam sirkulasi umum. Hati menghasilkan sekitar separuh dari seluruh
kolesterol dalam tubuh, sisanya berasal dari makanan. Sekitar 80% kolesterol
yang dihasilkan di hati digunakan untuk membuat empedu. Hati juga menghasilkan
empedu, yang disimpan di dalam kandung empedu.
h. Kandung empedu & Saluran empedu
Empedu mengalir dari hati melalui duktus
hepatikus kiri dan kanan, yang selanjutnya bergabung membentuk duktus hepatikus
umum.Saluran ini kemudian bergabung dengan sebuah saluran yang berasal dari
kandung empedu (duktus sistikus) untuk membentuk saluran empedu umum.Duktus
pankreatikus bergabung dengan saluran empedu umum dan masuk ke dalam duodenum.
Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam kandung empedu dan hanya
sedikit empedu yang mengalir dari hati.Makanan di dalam duodenum memicu
serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung empedu
berkontraksi.Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan bercampur
dengan makanan.
Empedu memiliki 2 fungsi penting :
a. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
b. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu
dari tubuh, terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah
dan kelebihan kolesterol.
Secara spesifik empedu berperan dalam
berbagai proses berikut:
1. Garam empedu meningkatkan kelarutan
kolesterol, lemak dan vitamin
yang larut dalam lemak untuk membantu proses penyerapan
2. Garam empedu merangsang pelepasan air oleh
usus besar untuk membantu menggerakkan isinya
3. Bilirubin (pigmen utama dari empedu)
dibuang ke dalam empedu sebagai limbah dari sel darah merah yang dihancurkan
4. Obat dan limbah lainnya dibuang dalam
empedu dan selanjutnya dibuang dari tubuh
5. Berbagai protein yang berperan dalam
fungsi empedu dibuang di dalam empedu.
Garam empedu kembali diserap ke dalam usus
halus, disuling oleh hati dan dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini
dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami
sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam setiap sirkulasi, sejumlah kecil
garam empedu masuk ke dalam usus besar (kolon). Di dalam kolon, bakteri memecah
garam empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini
diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja.
i. Usus
besar
Usus
besar terdiri dari:
1.
Kolon
asendens (kanan)
2.
Kolon
transversum
3.
Kolon
desendens (kiri)
4.
Kolon
sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Apendiks (usus buntu) merupakan suatu
tonjolan kecil berbentuk seperti tabung, yang terletak di kolon asendens, pada
perbatasan kolon asendens dengan usus halus. Usus besar menghasilkan lendir dan
berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja. Ketika mencapai usus besar,
isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika mencapai rektum bentuknya menjadi
padat. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus
besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare.
j. Rektum
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal
dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.Biasanya
rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum,
maka timbul keinginan untuk buang air besar.Orang dewasa dan anak yang lebih
tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami
kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar.
k. Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran
pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot
(sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.
B. Klasifikasi
1. Malabsobsi karbohidrat
Malabsobsi
karbohidrat yang utama adalah intoleransi laktosa.Karbohidrat dapat dibagi
dalam Monosakarida (Glukosa,Galaktosa dan fruktosa), Disakarida (Laktosa atau
gula susu,Sukrosa atau gula pasir dan Maltosa) serta Polisakarida
(Glikogen,Amilum dan tepung).
2. Malabsobsi lemak
Gangguan
absobsi lemak umumnya LCT (Long Chain Triglycerides) dapat terjadi dalam
keadaan lipase tidak ada atau kurang,mukosa usus halus(vili) atrofi atau
rusak,gangguan system limfe usus.
Keadaan
ini menyebabkan diare dengan tinja berlemak (steatore) dan malabsorbsi lemak.
Dalam keadaan sehat absorbsi LCT dari usus halus bergantung pada beberapa factor.
Hidrolisis dari LCT menjadi asam lemak dan gliserida terjadi di usus halus
bagian atas dengan mempengaruhi lifase pankreas dan conjugated bile salts yang
ikut membentuk micelles yaitu bentuk lemak yang siap untuk diabsorbsi. Sesudah
masuk kedalam usus halus terjadi re-esterifikiasi dari asam lemak hingga
kemudian terbentuk kilomikron yang selanjutnya diangkut melalui pembuluh limfe.
Malabsorbsi
lemak dapat terjadi pada kelainan sebagai berikut:
a.Penyebab pancreass : fibrosis kistik, insufisiensi lifase pancreas
b.Penyakit hati : hepatitis neonatal, atresia biliaris, sirosis hepatis
c.Penyakit usus halus : penyakit seliak dan malabsorbsi usus (karna kelainan
mukosa usus atau atrofi ), reseksi usus halus yang ekstensif (pada atresia
volvulus, infrak masentrium ), enteritis regional, abetalipoproteinemia (karna
gangguan pembentukan kilomikron), yang tidak diketahui sebabnya, dsb
d.Kelainan
limfe :
limfangiektasis usus, gangguan limfe karna trauma, tuberculosis, kelainan congenital.
e. Neonatus kurang bulan
Anak
diduga menderita malabsobsi lemak bila tinja berlemak sehingga lembek, tidak
berbentuk, bewarna coklat muda sampai kuning dan terlihat berminyak.
Bertambahnya lemak didalam tinja atau disebut steatore dikatakan suatu hal yang
pasti terjadi pada malabsorbsi lemak. Fese perlu diperiksa dilaboratorium.
Pengobatan
ditujukan pada penyebab terjadinya malabsorbsi lemak. Untuk malabsorbsi
lemaknya sendiri diberikan susu MCT (medium chain triglyceride).
Pada
dasarnya pasien yang menderita diare karena faktor malabsorbsi adalah karena
kepekaan atau alergi terhadap jenis atau zat makanan tertentu, seperti terhadap
lemak, protein, dan pada seliak terhadap gandum. Perawatan selama diare seperti
diare lainnya, tetapi yang penting penjelasan kepada orang tua agar tidak
memberikan makanan atau susu tertentu yang menjadi penyebab diare.
C. Etiologi
a. Gangguan pencernaan dan absorbsi nutrient di
dalam usus halus.
b.
Kelainan yang berhubungan langsung dengan pencernaan makanan maupun karena
kelainan yang secara langsung mempengaruhi poses penyerapan makanan.
c.
Penyakit-penyakit yang menyebabkan terhalangnya pencampuran yang tepat antara
makanan dengan asam lambung dan enzim-enzim pencernaan
D.
Patofisiologi
Malabsorbsi diakibatkan oleh tiga
hal yaitu :
a. Gangguan fungsi percernaan (phase Intra Lumen)
Pada keadaan ini nutrient tidak
dapat dipecahkan menjadi bentuk yang dapat diserap oleh villi-villi usus halus.
Karbohidrat diserap dalam bentuk monosacharida glukosa. Protein diserap dalam
bentuk asam amino. Lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol. Gangguan
ini terjadi bila :
1. Enzym
lipase pancreas kurang.
2. Cairan
lambung khususnya gasterin kurang.
3.
Konjugasi garam empedu kurang.
Keadaan-keadaan ini dapat terjadi
pada :
1. Sub
total gastrectomy
2.
Pankreatitis
3. Ca.
Pankreas
4.
Penyakit Lever
5.
Obstruksi saluran empedu.
b. Gangguan Mukosa Usus Halus (Phase Mukosal)
Pada
keadaan ini nutrient telah dibentuk menjadi bentuk-bentuk yang dapat diserap
oleh villi-villi usus halus, namun bentuk-bentuk tidak dapat diserang oleh
gangguan pada mukosa usus halus / villi-villi. Normalnya mukosa usus halus
menghasilkan enzyme diantaranya enterokinase. Enzyme ini mengaktifkan
tripsinogen menjadi tripsin, selanjutkan tripsin mengubah protein menjadi
polypeptide. Mukosa usus menghasilkan enzyme disacharidase yaitu lactosa,
maltosa dan sukrosa. Maltase mencegah maltose menjadi dua glukosa. Sukrose atau
invertase memecah skrosa menjadi fruktosa dan glukosa. Keadaan ini dapat
terjadi pula pada :
1.
Defisiensi Lactase
2. Celiac
Disease, Tropical Sprue
3.
Enteritis Alergic
4. Small
Bowel Ischemic
5.
Radiation Enteritis, Croh’s Disease
c. Gangguan pengangkutan Nutrien ke dalam pembuluh limpa dan
pembuluh darah (Phase Transit)
Gangguan ini terjadi bila terdapat
obstruksi limphatik seperti pada lymphoma dan gangguan supply darah seperti
pada thrombus mesenteric superior.
E. Manifestasi Klinis
Berbagai macam tanda atau gejala
pada Malabsorbsi, yaitu :
a. Feces
tampak bercahaya, berminyak, licin dan terbatas, berbau (Steatorhoe)
b. Dalam
air feces mengapung
c. Berat
badan rendah
d. Pucat,
lemas, badan lesu
e.
Anorexia
f. Mudah
terkena infeksi
g. Mudah
berdarah (Echynosis,hematuria)
h. Nyeri
otot / tulang
i. Tulang rapuh,
mudah terkena fraktur
j. Kulit
kasar dan kering, hyperfigmentasi
k.
Flatulence
l.
Hypokalsemia, anemi
m.
Pheriperal, neuritis
n. Edema
periper.
F. Komplikasi
Komplikasi jangka panjang meliputi
komplikasi nutrisi parentral:
a. Infeksi
kateter sentral
b.
Trombosis
c.
Hepatotoksisitas
d. Batu
empedu
e.
Defisiensi vitamin B12
G. Pemeriksaan Diagnostik
a.
Pengukuran PH.
b.
Penentuan kadar gula dalam tinja.
c. Laktosa
loading test(tes toleransi),misalnya pasien puasa,diukur kadar gula darahmya
kemudian diberi laktosa 2 gr/kg BB.Gula darah diperiksa setiap ½ jam sampai 2
jam lamanya.Hasil dianggap positif bila selama 2 jam didapat hasil kurang dari
25 mg%.
d. Barium
meal lactoce.Pasien dipuasakan,pemeriksaan dilakukan dibagian radiologi.
e. Biopsi
usus,hasil akan menunjukkan kelainan berupa atrofi mukosa usus berbagai derajat
dan kelainan lainnya.
H. Penatalaksanaan Medis
a. Diet
Tinggi kalori dan protein serta
rendah lemak.Menghindarkan makanan makanan yang mengandung penyebab malabsorbsi
seperti susu yang banyak mengandung lactose (Intoleranse Lactose).
b. Medikamentosa
Pada Malabsorbsi
congenital,terapibersifat symptomatic seperti pemberian preparat besi dan
vitamin pada klien anemi serta transpusi darah bila perlu.Terapi pada
malabsorbsi yang didapat ditujukan pada etiologi seperti enteritis kronis yang
menyebabkan kerusakan mukosa halus. Obstruksi pancreas yang menyebabkan
enzyme-enzym pancreas tidak dapat masuk ke dalam usus halus.
c. Penyuluhan
Ditujukan kepada klien dan keluarga.
Mencakup penyakit dan diet yang diperlukan. Perawatan membantu klien dalam
mengatasi perubahan pola makan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindroma
Malabsorbsi adalah kelainan-kelainan yang terjadi akibat penyerapan zat gizi
yang tidak adekuat dari usus kecil ke dalam aliran darah.
Sindroma
absorbsi diklasifikasikan menjadi malabsorbsi karbohidrat dan malabsorbsi
lemak. Malabsobsi karbohidrat yang utama adalah intoleransi laktosa.Malabsorbsi
lemak umumnya LCT (Long Chain Triglycerides) dapat terjadi dalam keadaan lipase
tidak ada atau kurang,mukosa usus halus(vili) atrofi atau rusak,gangguan system
limfe usus.
Penyebabnya
antara lain gangguan pencernaan dan absorbsi nutrient di dalam usus halus,
kelainan yang berhubungan langsung dengan pencernaan makanan maupun karena kelainan
yang secara langsung mempengaruhi poses penyerapan makanan, dan
penyakit-penyakit yang menyebabkan terhalangnya pencampuran yang tepat antara
makanan dengan asam lambung dan enzim-enzim pencernaan
Manifestasi
klinis dari sindrom malabsorbsi adalah feces tampak bercahaya, berminyak, licin
dan terbatas, berbau (Steatorhoe), berat badan rendah, pucat, lemas, anorexia,
mudah terkena infeksi, mudah berdarah (Echynosis,hematuria), nyeri otot /
tulang, tulang rapuh, mudah terkena fraktur, kulit kasar dan kering, dan edema
periper.
Penatalaksanaan
medis yang diberikan antara lain diet tinggi kalori dan protein serta rendah
lemak, pemberian preparat besi dan vitamin pada klien dan penyuluhan yang
ditujukan kepada klien dan keluarga, mencakup penyakit dan diet yang
diperlukan. Perawatan membantu klien dalam mengatasi perubahan pola makan
B. Saran
Dari
kesimpulan diatas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam memberikan
asuhan gizi pada pasien sindroma malabsorbsi, ahli gizi harus memahami konsep
dasar sindroma malabsorbsi sehingga
asuhan gizi dapat terlaksana dengan baik.
Daftar Pustaka
//erfansyah.blogspot.com/2010/05/kep-anak-sindrom-malabsorbsi.html
//www.google.co.id/
//www.wikipedia.org/
0 komentar:
Posting Komentar
Thankz atas kunjungannya,,, ^_^